KAJIAN ZIONISME INTERNASIONAL (gurita Zionisme masuk dalam berbagai bidang kehidupan)


KONGRES KAJIAN ZIONISME INTERNASIONAL

26 Desember 2009, Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jl. Raya Menteng, Jakarta Pusat, 09.00 – 14.00 WIB.

Keynote Speaker: Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K)

Pembicara:

SESI 1:
1) Asep Sobari (Peneliti INSISTS)
2) Nirwan Syafrin (Direktur Eksekutif INSISTS)
3) Ridwan Saidi (Budayawan Betawi)
4) Tiar Anwar Bachtiar (Ketua Pemuda PERSIS)
5) Indra Adil (penulis buku “The Lady Di Conspiracy”)

SESI 2:
1) Muhaimin Iqbal (Direktur Pengelola Gerai Dinar)
2) Adnin Armas (Peneliti INSISTS)
3) Joserizal Jurnalis (Presidium MER-C dan anggota FUI)
4) Herry Nurdi (Pendiri situs Eramuslim dan Pemred Sabili)

Moderator: Yanuardi Syukur

Pendahuluan
Zionisme adalah suatu gerakan orang-orang Yahudi untuk mendirikan negara Israel. Selain itu, gerakan ini ditujukan untuk menguasai dunia dengan cara apapun. Mereka masuk ke berbagai bidang kehidupan, baik politik, ekonomi, hukum, sosial-budaya dll. Mereka ada di mana-mana, ada di sekitar kita, bahkan ada dalam diri kita. dalam makanan yang kita makan, dalam pakaian yang kita pakai, dalam darah kita, dalam pikiran kita. bahkan tanpa sadar, pelan tapi pasti, kita sedikit-banyak telah mengikuti mereka, kita mengabdi kepada mereka.

Berikut ringkasan dari masing-masing pembicara (maaf, baru dalam bentuk ringkasan, lain waktu akan saya buat tulisan yang bagus).

1. Dr. dr. SITI FADILAH SUPARI, Sp.JP(K)
– Agar Yahudi tetap eksis di dunia ini dan bisa mendirikan negara besar, mereka harus memiliki power, salah satu instrumennya adalah penguasaan ekonomi dunia.
– Kebanyakan dari kita salah hanya menilai sebatas simbol semata, bahwa Zionisme adalah perang agama, bahwa mereka hanya melawan Islam. Padahal, ibarat gunung es, gurita Zionisme masuk dalam berbagai bidang kehidupan, terutama bidang pendidikan dan kesehatan, karena dua bidang ini adalah kebutuhan mendasar manusia.
– Sebenarnya yang dimaksud reformasi, seperti halnya penggantian menteri atau jabatan lain adalah membuka jalan bagi masuknya zionisme.
– Contoh lain adalah reformasi dalam bidang pendidikan, yaitu ada Badan Hukum Pendidikan (BHP) membuat kampus memiliki otonomi. Jika kampus menerima sumbangan dari luar/pihak asing, biasanya mereka meminta pendidikan yang diterapkan harus sesuai dengan visi mereka (Zionisme)..
– Yang terpenting dari semua itu adalah bagaimana melawan mereka secara cerdas dan komprehensif, dalam hal ini butuh power.
– Musuh Zionisme tidak hanya umat Islam, karena hal ini tidak semata-mata menyangkut soal agama.

2. ASEP SOBARI
Tema: Konsep Mesianisme Yahudi, Sebuah Perkenalan”

– Mesias harus dari keturunan Daud
– Mesias harus merupakan manifestasi dari Tuhan, ada unsur inkarnasi dan pantheisme.
– Mesias sudah masuk dan menjadi spirit dari suatu kelompok atau gerakan kaum Yahudi.
– Karena kaum Yahudi selalu tertindas, maka muncullah konsep Juru Selamat.
– Maka peristiwa Halaucost adalah sebuah keharusan yang diciptakan oleh orang Yahudi sendiri sebagai bukti nyata bahwa mereka tertindas.
– Sejak dini, anak-anak Yahudi telah ditanamkan bahwa mereka adalah kaum tertindas, sehingga kehadiran seorang Mesias sangat dibutuhkan.
– Mereka punya cita-cita untuk hidup sejahtera dalam 1000 tahun, maka diadakanlah perayaan milenium secara besar-besaran.

3. NIRWAN SYAFRIN
Tema: “Pengaruh Zionisme Yahudi Terhadap Alam Pemikiran Barat”

– Mereka punya konsep umat terpilih/agama rasis
– Adanya kaitan erat antara Yahudi dan Kristen
– Mereka mencari siapa penulis Injil yang sebenarnya, sehingga lahirlah teori-teori baru/isme, konsep-konsep inilah yang kemudian mereka terapkan juga terhadap Islam atau boleh disebut sebagai Kristenisasi Islam yang akan merusak Islam. Contoh, buku “Menggugat Otentisitas Wahyu”
– Post modernisme sebenarnya adalah masalah internal yang dihadapi Yahudi

4. RIDWAN SAIDI
Tema: “Menelusuri Jejak Gerakan Zionisme di Indonesia”

– Yahudi sebenarnya tak memiliki budaya, ia mewarisi budaya Mesir Kuno (Kabbalah), sedangkan budaya Mesir sendiri tak terwariskan/ tak ada bekasnya kini.
– Perjalanan Columbus ke benua Amerika ada pendananya yaitu Yahudi, bisa juga bertujuan untuk membunuh orang Islam dari penduduk asli Amerika yang telah diislamkan oleh para pelarian/imigram dari Andalusia dan Afrika.
– Ternyata uang Rupiah kita tidak ada tulisan Republik Indonesia-nya. Beda dengan uang Dollar Amerika ada tulisan United States, uang Arab Saudi dan Thailand juga ada. Ini membuktikan bahwa adanya ketergantungan kita (ekonomi) terhadap Yahudi.
– Orang-orang yang berdemo antikorupsi disebutnya sebagai main orkes-orkesan (main-main belaka), kenapa tidak langsung ke intinya saja.
– Cheng Ho bukan Muslim
– VOC bangkrut karena Cina, dan Cina memiliki sistem birokrasi sendiri di Indonesia
– Yang diacak-acak oleh Yahudi tidak hanya Islam, Kristen malah lebih dulu, buktinya dituhankannya Yesus.
– Marjinalisasi Tuhan
– Penjajah datang pertama kali di Indonesia bukan membuat gereja tapi sinagog.
– Membesar-besarkan Hindu/Budha, contoh kasus Borobudur.
– Pengucapan salam yang ditambah, salam sejahtera-om santi-santi om. Harusnya cukup assalamu’alaikum wr wb saja.
– Dari segi hukum yaitu Piagam Jakarta
– Warna biru adalah warna Yahudi, ia menyinggung bahwa logo PKS adalah logo Templar.
– Ia juga menyinggung soal patung Obama di Menteng yang ia sebut sebagai “patung anak kecil”, “patung tuyul hitam”.

5. INDRA ADIL
Tema: “Zionisme Yahudi dan Konspirasi Politik Global”

– Protokol Zion yang berisi 24 pasal adalah rancangan untuk menguasai dunia, alatnya adalah pembentukan PBB berdasarkan Kongres Wina.
– Semua peperangan/konflik yang terjadi di dunia adalah sengaja diciptakan oleh Yahudi.
– Dibentuknya paham Komunis adalah salah satu upaya agar dunia selalu berkonflik (AS punya musuh), pendananya adalah Freud.
– Jika dunia selalu berperang, pemenangnya selalu Yahudi.
– Dewi Horus/logo garuda, bintang 13 => bendera Israel, matahari, mata satu semua itu adalah logo-logo Firaun yang diambil dari Namrudz. Namrudz beristrikan ibunya sendiri yaitu Semiramis, anaknya bernama Talmud (Dewa Matahari) yang kemudian menjadi kitab suci pengganti Taurat.
– Logo uang Dollar serba 13, tulisan United Nations juga 13, logo Garuda Pancasila juga mengadopsi Yahudi. Tak ada logo di Indonesia yang tak mengadopsi logo Yahudi.
– Bulan dan bintang adalah logo yang dipakai menjelang keruntuhan Turki Usmani, berawal dari kisah Ibrahim yang sedang mencari Tuhan.
– Islam tak mengenal simbol, Platolah yang menciptakan simbol.
– Bank Indonesia harus terpisah dari pemerintah, agar tidak diintervensi sehingga Yahudi bebas mengaturnya.
– LSM di negara-negara Muslim sengaja diperbanyak, agar pemberi dana bisa memaksakan visi-misi mereka.
– Di Indonesia banyak partai, siapapun yang menang, tetap saja Yahudi pemenangnya.

6. TIAR ANWAR BACHTIAR
Tema: “Menyoal Problematika Umat: Kemelut Masjidil Aqsha dan Derita Palestina”

– Perdana Menteri baru Palestina, Salam Fayed mendapat dukungan dari Uni Eropa, karena Salam Fayed sebenarnya adalah boneka Yahudi. Dukungan untuk negara baru Palestina di Tepi Barat, bukan Palestina di Gaza. Hal ini nantinya akan lebih memudahkan pembentukan negara Israel Raya. Dukungan ini sebenarnya adalah munculnya aktor lama dengan pahlawan baru.
– Pencitraan Hamas yang jelek dengan kondisi Gaza yang sangat buruk dalam segala bidang.
– Peperangan/kekacaua n dunia adalah sebuah keharusan untuk mengundang Mesias. Efek sampingnya adalah mendapat keuntungan ekonomi/politik.
– Semua kasus yang terjadi di Indonesia saat ini: KPK-POLRI-Kejagung dan Bank Century adalah ciptaan dan permainan Yahudi.

7. MUHAIMIN IQBAL
Tema: “Pengaruh Zionisme Terhadap Kebijakan Ekonomi Nasional”

– Cara Yahudi menguasai perekonomian dunia adalah MEMISKINKAN mayoritas penduduk dunia dan MENGKAYAKAN segelintir orang. Yang dimaksud segelintir orang ya Yahudi sendiri.
– Keputusan tahun 1971: tidak boleh mengaitkan nilai mata uang dengan emas.
– Dalam rangka otonomi BI maka dibentuklah undang-undang BI, salah satu pasalnya adalah tidak boleh ada campur tangan dari pemerintah.
– Ekonomi Indonesia dikendalikan oleh perbankan, perbankan dikuasai oleh IMF dan IMF adalah Yahudi (Ali Imran: 75).
– Satu-satunya strategi Yahudi dalam bidang ekonomi adalah lewat permainan mata uang.
– Dari segi ekonomi, mulai dari yang paling kecil seperti konsumsi mie, susu atau daging, semuanya adalah dari impor. Dalam soal daging, mereka lebih menonjolkan sapi daripada kambing, karena sapi tidak bisa hidup merata di semua tempat sehingga harus impor. Mereka juga menjelek-jelekkan kambing, padahal kambing adalah daging paling rendah lemak dan kolesterol. Kenyataannya para nabi terdahulu kebanyakan penggembala kambing. Dan susu kambing adalah susu terbaik setelah ASI.

8. ADNIN ARMAS
“Pengaruh Zionisme Terhadap Pendidikan Nasional”

– Injil sebenarnya bukan kitab suci, tapi disucikan oleh kelompok/masyarakat tertentu (Baruch Spinoza, 1632-1677).
– Abraham Geiger (1810-1874) adalah pendiri Yahudi Liberal dan pelopor Studi Islam.
– Mereka meninjau Islam dari sejarah dan diaplikasikan ke dalam berbagai disiplin ilmu (historis-kritis)
– Sunnah dianggap sebagai “living tradition” bukan sebagai perkataan dan perbuatan Nabi saw.
– Ignaz Goldziher adalah satu-satunya Yahudi yang kuliah di Al Azhar Mesir dan ikut shalat Jum’at.

9. JOSERIZAL JURNALIS
Tema: “Zionisme terhadap Penguasaan Media”

– Ada umat Islam yang menjadi bagian Yahudi baik sebagai member atau mengikuti pola pikirnya, dalam rangka mendapatkan society (uang, mindset, karir pilitik)
– Koran yang didirikan oleh Muchtar Lubis adalah proyek CIA/AS.
– Media akan melahirkan output/keberpihakan , yang sebenarnya adalah pertarungan antara liberal dan nonliberal)
– Contoh kasus: flu burung, sampel vaksin di Sukabumi, AIDS yang merupakan rekayasa Yahudi
– Terkait flu burung, pada kenyataannya tidak ada pemelihara atau pemotong ayam yang terkena flu burung.
– Kata mereka untuk mencegah AIDS dengan memakai kondom, ini hanya sekedar mengaburkan persoalan yang sesungguhnya.
– Kasus di Nabire yaitu meninggalnya 170 orang penduduk, ternyata diketahui ada yang memasukkan sesuatu di sumber air mereka. Hal ini terkait adanya investor asing yang hendak membangun tambang di daerah itu, sementara warga menolak pindah. Kasus ini tak pernah terungkap.
– Keberpihakan media salah satunya terkait soal pemberitaan Palestina.
– Perang Salib sebenarnya adalah juga ciptaan Yahudi

10. HERRY NURDI
Tema: “Titik Lemah Sang Gurita”
– Yahudi sebenarnya lemah, tapi kita lebih lemah dari mereka
– Kurma yang dimakan oleh penduduk dunia termasuk Indonesia kebanyakan tumbuh di Israel dari tanah milik orang Palestina
– Mereka tidak perlu membunuh rakyat dunia atau Indonesia dengan senjata, cukup dengan musik dan budaya.
– Di Israel ada kl 40 partai, dari yang mengusung soal ganja hingga ganti kelamin.
– Cara sederhana menghadapi mereka adalah banyak berolahraga, silaturrahmi, belajar dsb, hal ini akan membuat mereka sangat takut, termasuk juga mempromosikan pemakaian dinar.
– Menginternalisasi seluruh dogma menjadi aksioma/prinsip hidup, mulai dari hal yang sangat kecil: makan yang halal, mengurangi musik dan menonton TV.
– Sebenarnya jika dipreteli dari yang paling kecil sampai yang paling besar, semua takkan pernah lepas dari intervensi Yahudi.
– Satu-satunya senjata sederhana untuk melawan mereka adalah JANGAN MENGIKUTI HAWA NAFSU MEREKA (Al Baqarah: 120).

(Rawamangun, 12/27/2009 10:32:33 AM)

Salam,
Ikhwan Al Bayya

Tokoh Islam Bekasi Kecam Penyerangan


[BEKASI] Sejumlah tokoh dan pemuka masyarakat Kota Bekasi mengecam dan mengutuk aksi penyerangan Gereja St Albertus di Harapan Indah Kota Bekasi. Peristiwa penyerangan tempat ibadah akan terus terjadi selama aparat penegak hukum tidak bertindak tegas.

“Guna menghindari aksi penyerangan terulang kembali pada malam Natal dan tahun baru, Seluruh tokoh Islam dan pemuda bersama Muspida, Muspika serta Polres Metro Bekasi akan menggelar acara zikir dan doa bersama Selasa malam di Islamic Center,” ujar Ustaz Fahrudin kepada SP di Bekasi, Minggu usai melihat bangunan yang rusak diserang massa.

Bersama sejumlah tokoh Islam, Fahrudin yang juga salah seorang dosen di Universitas Islam Bekasi mengutuk ulah provokator yang merusak citra Islam dengan melakukan tindakan anarki merusak tempat agama lain.

“Mereka yang melakukan penyerangan sama sekali tidak mengerti soal ajaran Islam. Nabi sendiri tegas melarang umatnya menyerang dan menyakiti tempat ibadah agama lain. Kami harap agar seluruh provokator dan pelaku dapat tertangkap agar aksi serupa tidak terjadi lagi di Kota Bekasi,” ujarnya.

Hal senada juga dikatakan Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia, Pdt Dr AA Yewangoe agar pemerintah daerah dan pemerintah pusat serta seluruh aparat penegak hukum bertindak tegas terhadap seluruh bentuk penyerangan tempat ibadah. Penyerangan terhadap tempat ibadah, lanjutnya, jika dibiarkan terjadi di sejumlah tempat tentunya sangat merusak sendi-sendi persatuan dan kesatuan bangsa.

“Negara ini akan roboh dan hancur jika aparat penegak hukum tidak tegas dan tuntas dalam menyikapi seluruh kasus penyerangan tempat ibadah,” katanya. [E-5]

Last modified: 21/12/09

Gereja Katolik Santo Albertus di Bekasi Dirusak dan Diamuk Massa


Amuk Massa Porak-porandakan Gereja Katolik Santo Albertus

BEKASI– Massa yang terdiri dari ratusan orang mulai dari anak-anak hingga orangtua termasuk ibu-ibu menyambangi Gereja Katolik Santo Albertus, Harapan Indah kemudian merusak serta membakar fasilitas gereja.

Massa merusak Gereja Santo Albertus yang masih dalam proses pembangunan di Jalan Boulevard Raya Kav 23 Kompleks Harapan Indah, Bekasi Barat, Jawa Barat pada Kamis malam (17/12/2009).

Sekitar pukul 22.30 massa yang terdiri dari ratusan orang terlebih dulu berkumpul di sekitar Patung Tiga Mojang yang letaknya sekitar 1,5 km dari Gereja dan baru mulai bergerak pukul 22.45. Begitulah penuturan Ketua Umum Panitia Pembangunan Gereja St Albertus, Kristina Maria Rantetana, seperti dikutip Kompas.com pada Jumat (18/12).

“Tidak ada yang orasi. Mereka semua riang, ketawa-ketawa. Enggak ada curiga sama sekali,” kata Kristina.

Lanjutnya, tak lama kemudian, massa bergerak dengan kendaraan masing-masing, melewati Polsek Medan Satria yang jaraknya hanya 500 meter dari Gereja. “Saya ikutin terus massa. Mereka terus berhenti di sekitar Gereja. Tiba-tiba langsung turun dari kendaraan lalu melempari Gereja dengan batu,” tukasnya.

“Mereka teriak-teriak ‘hancurkan..hancurkan….’ Ibu-ibu bawa anak-anak ikutan melempar. Terus mereka masuk ke dalam Gereja lalu mulai membakar. Saya langsung lapor ke Polsek. Beberapa polisi langsung ke Gereja tapi enggak sanggup hadapi massa,” paparnya.

Massa kemudian merusak dan membakar kantor kontraktor yang terletak di samping gereja. Tidak puas, bahkan mereka juga menghancurkan genteng, marmer, ubin, mencabut beberapa pohon, dan memecahkan lampu yang telah terpasang di dalam Gereja.

Kristina Maria R yang juga menjabat sebagai Staf Ahli Menko Polhukam menjelaskan, “Gereja ini sudah mendapatkan izin pembangunan dan tiang pancang pertamanya sudah sejak 11 Mei 2008.” Imbuhnya, aparat mulai dari Danrem hingga Kapolres Bekasi telah menjamin keamanan bagi kegiatan ibadah ataupun acara penyambutan Natal di gereja ini.

Aksi amuk massa berhasil dihentikan sekitar pukul 24.00, setelah ratusan polisi dari Polres Metro Bekasi tiba di lokasi. Tidak ada satu pun petugas yang bersedia dimintai keterangan prihal peristiwa tersebut.

Polisi yang mendapatkan laporan massa berasal dari Kampung Tarumajaya dan Babelan sempat memasang police line di sekitar gereja pada Kamis malam kemudian mencabutnya kembali pada Jumat pagi. Beberapa orang yang dicurigai sebagai otak aksi perusakan gereja juga telah diringkus

 Sumber: Kristiani Post (http://www. christianpost .co.id/missions/persecution/20091220/5093/amuk-massa-porak-porandakan-gereja-katolik-santo-albertus/index.html)

AGAR PANCASILA BENAR-BENAR MENJADI RAHMAT


Pada 1 oktober diperingati sebagai Hari Kesaktian Pancasila. Peringatan tersebut sudah memasuki yang ke-34. Apakah Pancasila yang sakti itu sudah menjadi rahmat bagi Indonesia?

Pancasila sebagai dasar negara secara nyata menjadi jaminan kemerdekaan dan kesamaan kedudukan setiap warga negara. Pancasila sekaligus juga sebagai ideologi nasional merupakan penemuan penting yang berperan  mempertemukan semua kepentingan lintas golongan, suku, agama dan ras di negeri ini.

Kita yakin dan sadar serta rasakan peran pemersatu Pancasila pada masa pra-kemerdekaan hingga pada masa sekarang. Karena Pancasila, para pendahulu kita berhasil mengalahkan ideologi komunisme, chauvenisme keagamaan dan etnis, liberalisme dan individualisme serta arogansi mayoritas terhadap minoritas.

Alat kekuasaan?

Meskipun demikian, Pancasila menghadapi berbagai tantangan, seperti upaya penentangan, upaya penyelewengan, upaya perlawanan bahkan upaya penggantiannya dengan ideologi bernafaskan keagamaan. Sejak jaman Orde Lama hingga jaman Orde Reformasi,  Pancasila terkesan di permukaan lebih dominan sebagai alat pemanis bibir penguasa.

Pada Orde Lama, Pancasila sebagai dasar negara ditafsirkan bersifat sosialis diktator. Pada Orde Baru, Pancasila diarahkan  ke kutub  kapitalisme-otoritarian, dan pada Orde Reformasi, makna Pancasila semakin kabur dan berwarna abu-abu di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di tengah masyarakat majemuk.

Pasca reformasi 1998, Pancasila mengalami “desakralisasi”. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila seperti nilai Ketuhanan, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan, musyawarah dan mufakat, serta keadilan sosial terkesan semakin tidak jelas alias mengambang. Negara ini akan dibawa kemana, kita tidak dapat melihatnya dengan jelas. Oleh karena itu banyak kalangan menyerukan agar reposisi dan revitalisasi Pancasila segera dilakukan mengingat pentingnya mencari jiwa dan jati diri bangsa dalam mempertahankan eksistensi dan mencapai kesejahteraan umum bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Karakteristik bangsa Indonesia?

Muncul pertanyaan, apakah nilai-nilai Pancasila pernah benar-benar mendarah-daging dalam jiwa bangsa Indonesia? Apakah Pancasila sudah benar-benar merupakan karakteristik bangsa Indonesia?

Menurut mata pelajaran sejarah di sekolah dewasa ini, dalam peristiwa tragedi nasional 1 Oktober 1965, Pancasila dikatakan berhasil ditegakkan dengan menumpas gerakan komunisme. Panglima Kostrad saat itu, Mayjen Soeharto mengambil alih pimpinan TNI-AD dan menumpas pemberontakan yang dilakukan komunis (Partai Komunis Indonesia,PKI) pada 1 Oktober 1965. Soeharto berhasil. Upaya PKI merebut kekuasaan negara gagal. Rakyat sadar dan tahu bahwa penculikan para pejabat teras TNI-AD didalangi PKI. Secara spontan, rakyat menyerukan dan menuntu supaya PKI dan Ormas-ormasnya dibubarkan.

Lalu berdasarkan Surat Keputusan Menteri/ Panglima Angkatan Darat tanggal 17 September 1966 (Kep 977/9/1966) pada tanggal 1 Oktober ditetapkan sebagai peringatan Hari Kesaktian Pancasila. Menurut Asvi Warman Adam, penetapan ini bermasalah secara hukum dan substansial. Apa arti kesaktian yang dilekatkan pada Pancasila? Apakah Pancasila itu sakti atau tidak, kita tidak tahu (www.detik.com  28 september 2009).

Berangkat dari peristiwa 1 Oktober 1965 tersebut, Pancasila sebagai alat politik berhasil mengalahkan bahaya komunisme. Kalau kita mengamati pelaksanaan nilai-nilai budi pekerti Pancasila pada masa Orde Baru dan Orde Reformasi, maka muncullah berbagai pertanyaan. Apakah kita bisa mengatakan bahwa nilai-nilai Pancasila sertamerta menjadi karakteristik bangsa Indonesia? Tidakkah kelihatan bahwa Pancasila masih sebatas simbol idologi politik dan syarat eksistensi negara saja?

Bila kita coba membandingkan antara nilai yang terkandung dalam Pancasila seperti ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, musyawarah/mufakat dan keadilan sosial dengan berbagai karakter dan budaya sebagian pejabat publik dan kelompok masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, maka akan terlihat adanya jurang yang dalam antara pelaksanaan ideologi Pancasila dan praktek hidup sehari-hari.

Di bidang legislatif misalnya, sikap tokoh politik bermusyawarah kini dinilai semakin buruk dan lebih mengedepankan voting. Ingat soal voting impor beras (Kompas.com 24 Januari 2006 dan voting soal kenaikan harga BBM, Kompas.com 25 Juni 2009). Demikian juga dalam menerapkan keadilan berbagai bidang, termasuk penghargaan hak asasi manusia bagi seluruh rakyat dan pemenuhan kebutuhan rakyat, peran negara makin tidak dirasakan.

Adanya kerusakan moral di hampir semua bidang terlihat dari tindakan tidak terpuji seperti penyalahgunaan uang, jabatan, kekuasaan dan fasilitas negara dalam berbagai bidang demi kepentingan kelompok atau pribadi. Parahnya korupsi, praktek homo homini lupus (manusia menjadi serigala bagi manusia lainnya), tindakan kekerasan, kehancuran lingkungan dan peradaban nasional, memperlihatkan bahwa nilai-nilai luhur Pancasila belum menjadi karakter setiap warga negara Indonesia.

Pantas direfleksikan, apakah Pancasila sudah menjadi rahmat bagi Indonesia atau sekedar  satu syarat bagi adanya NKRI?  Pancasila adalah harga mati, demikian semboyan Susilo Bambang Yudhoyono, orang nomor satu di negeri ini saat kampanye Pemilihan Umum 2009 (Kompas 21 Juni 2009). Namun, apakah semboyan itu sebatas di bibir dan pemberitaan media massa? Kuntowijoyo, yang pernah menjadi dosen sastra dan budaya di Universitas Gajamada Yogyakarta berpendapat: “Pancasila seyogiyanya menjadi rahmat bagi Indonesia. Artinya, Pancasila bukan semata-mata sebagai alat seleksi yang pro dan kontra, melainkan juga suatu mekanisme yang mengintegrasikan, memasukkan kepentingan semua golongan” (Kuntowijoyo, dalam Kajian Agama dan Masyarakat, Depag RI 1992:304).

Upaya internalisasi nilai-nilai Pancasila

Kita sangat menghargai upaya pemerintahan Orde Baru untuk menata kehidupan bernegara berdasarkan Pancasila. Pancasila diupayakan sebagai landasan untuk menggapai kesejahteraan publik. Pemerintah menginstruksikan supaya Pancasila dilaksanakan secara murni dan konsekwen. Bahkan untuk mencegah bahaya laten komunis, Pemerintah melaksanakan progran penataran pedoman, penghayatan, dan pengamalan Pancasila (P4) serta penataran kewaspadaan nasional (Tarpadnas). Namun kita tidak setuju, kalau pada akhirnya Pancasila hanya menjadi alat pembela kepentingan kekuasaan, tanpa adanya keteladanan kepemimpinan, dan tanpa memperhitungkan kesejahteraan rakyat banyak. Jelas sekali nilai-nilai Pancasila belum menjadi jiwa dan jati diri bangsa Indonesia, apalagi menjadi rahmat bagi Indonesia.

Pilihan Pancasila sebagai dasar negara bagi bangsa Indonesia adalah melalui proses yang lama dan panjang. Para pendiri bangsa (founding fathers) merumuskan Pancasila itu dari budaya dan nilai-nilai yang diwariskan para leluhur bangsa. Kita sudah merdeka kurang lebih 64 tahun dan 34 tahun peringatan Hari Kesaktian Pancasila, selama itu pula penghayatan Pancasila mengalami pasang surut. Pada masa sekarang, penghayatan nilai-nilai Pancasila makin lama, makin kurang diminati. Dibutuhkan suatu terobosan agar nilai-nilai Pancasila dapat menjadi karakteristik bagi setiap warga.

Menurut ahli filsafat proses, Alfred North Whitehead, proses pembentukan suatu nilai agar menjadi ciri khas suatu bangsa atau masyarakat membutuhkan suatu proses yang panjang. Proses suatu nilai menjiwa-raga berlangsung melalui 4 tahap. Tahap pertama merupakan proses penerimaan dan penyadaran adanya nilai. Tahap kedua, nilai itu diolah dan digarap. Tahap ketiga, proses perwujudan dan pemenuhan nilai itu dalam diri. Terakhir tahap keempat merupakan proses pengakuan dan penetapan nilai-nilai sebagai karakteristik dan identitas diri. (bdk. P. Hardono Hadi,  dalam Pustaka Filsafat dan Teologi,1995:84)

Dalam konteks Indonesia, Pancasila menjadi pilihan nilai-nilai dominannya (defining characteristics-nya). Kalau Pancasila dikehendaki benar-benar hidup, haruslah menjadi bagian integral dari masing-masing manusia Indonesia yang berusaha untuk semakin mengkonkretkan di kehidupan harian. Namun, pertama-tama, nilai-nilai Pancasila ini diinternalisasikan  bagi setiap pegawai negeri sipil, TNI/POLRI, bahkan juga bagi semua calon pegawai di pemerintahan (birokrasi) yang pada akhirnya diteladani rakyat banyak.  Penghayatan dan pengamalan Pancasila seyogiyanya dimulai di lingkungan pemerintahan secara keseluruhan. Dengan penginternalisasian nilai-nilai Pancasila yang dimulai dari lingkungan pemerintahan, maka pelan-pelan menetes ke lingkungan masyarakat umum, dan Pancasila akan menjadi rahmat bagi Indonesia. Pancasila menjadi rahmat bagi Indonesia berarti nilai-nilai kehidupan berketuhanan, berkemanusiaan yang adil dan beradab, bermusyarah dan bermufakat, serta berkeadilan sosial semakin dirasakan semua warga. Semoga. (Pormadi Simbolon)

PASTOR JHON JONGA MENERIMA YAP THIAM HIEN AWARD 2009


Pastor Jhon Jonga menerima Yap Thiam Hien Award 2009

 (Jakarta 15/12)YTHawardPenerima Yap Thiam Hien Award 2009 itu adalah Pastor Johanes Jonga yang biasa disapa Pastor Jhon. Dia adalah rohaniwan Gereja Katolik yang saat ini bertugas di Kabupaten Keerom, Papua. Dewan juri memilihnya karena komitmen dan rekam jejak yang panjang dalam perjuangan hak-hak sipil, ekonomi, sosial dan budaya di Papua. Bukan sekadar penghargaan, baginya ini adalah peringatan bahwa pelanggaran hak asasi manusia hingga saat ini bagi warga Papua di bumi cendrawasih masih kerap mendapatkan intimidasi dan teror dari aparat militer. Pastor John Jonga yang dikenal sebagai seorang yang terlibat aktif dalam advokasi korban pelanggaran hak asasi manusia, pembelaan terhadap perempuan, dan warga yang dirampas tanahnya.

Saat menerima penghargaan, Kamis (10/12) malam, Pastor Jhon banyak berbicara tentang persoalan HAM yang belum selesai di tanah Papua. Akses masyarakat untuk mendapatkan pendidikan dan kesehatan masih sangat sulit. Hak-hak kelompok perempuan dan anak diabaikan. “Pembangunan fasilitas sarana publik seperti jalan, ruang sekolah, sarana kesehatan, pasar rakyat, jembatan tidak terselenggara sesuai kebutuhan” kata pria asal Flores, Nusa Tenggara Timur ini.

Pastor Jhon Jonga juga mengkritik pelaksanaan kebijakan otonomi khusus. Alih-alih dilaksanakan dengan kesunguhan, menurutnya, otsus hanya jadi ajang bagi-bagi kekuasaan politik elit lokal. Distribusi kewenangan dan pertanggungjawaban keuangan yang tidak jelas, melahirkan meluasnya praktek korupsi. Semangat pemekaran pun terus berjalan, tetapi lebih pada kepentingan pembagian kekuasaan.

Represif Aparat

Dalam kata sambutannya dia juga menyoroti praktek kekerasan demi kekerasan aparat terhadap warga asli Papua. Sampai saat ini masih terjadi dan belum diselesaikan. Seringkali kekerasan dilakukan dengan mengatasnamakan pemberantasan separatisme. Masyarakat ketakutan, karena siapa saja bisa ditangkap digeledah atau fotonya dipasang di ruang intelejen sebagai target operasi. Perlakuan serupa itu, diakui Pastor Jhon, pernah dialaminya. Teror aparat terhadap warga asli papua mengatasnamakan penjagaan terhadap NKRI. “Apakah hal tersebut, bukan menjadi selubung untuk menutupi praktek-praktek bisnis ilegal di tanah papua yang kaya raya?”

Bagi Pastor John, perespektif pendekatan pusat terhadap Papua harus diubah. Sudah cukup, warga papua dianggap musuh. Jangan lagi setiap orang dicurigai sebagai separatis. Langkah awal penyelesaian konflik di tanah papua adalah dengan menghargai eksistensi orang asil Papua sama sederajat dan bermartabat dengan rakyat Indonesia lain. “Praktek-praktek penyiksaan dan diskriminasi harus dihentikan dan segera membuka dialog,” tuturnya.

Pernah suatu kali di tahun 2007, ia melaporkan secara terbuka perbuatan militer setempat yang mengintimidasi masyarakat kepada Gubernur Papua Barnabas Suebu. Pengaduannya sangat mengusik oknum militer non-organik ini. Sampai-sampai, ia diancam akan dikubur hidup-hidup di dalam tanah sedalam 700 meter. Perbatasan Papua yang jauh dari kontrol dan pengawasan membuat nyawanya dapat terancam setiap waktu. Tetapi, John Jonga tidak gentar. Dalam prinsipnya, sebagai pastor, dirinya memiliki panggilan suci untuk membela manusia yang tertindas, apapun risikonya. Niat baik ini kerapkali disalahnilaikan oleh instansi tertentu.

Namun, lagi-lagi, cap ini tak menyurutkan langkahnya. Kepercayaan dan dedikasi yang diberikannya tanpa memandang warna kulit dan ideologi membuatnya sangat dipercaya oleh elemen masyarakat di Keerom. Pimpinan kunci pergerakan TPN-OPM Wilayah Perbatasan Mamta, Lambert Peukikir pun sangat menaruh hormat kepadanya. Sempat pada 25 Juli 2009 lalu, Lambert mengibarkan bendera bintang kejora di Hutan Wembi, sekitar 400 meter dari markas tentara di Keerom.

Lambert hanya mengizinkan John Jonga beserta rombongannya (termasuk wartawan kompas) untuk membujuknya menurunkan bendera. Hanya rasa cinta untuk menolong sesama yang memotivasi panggilannya sebagai pastor di Papua. Di saat orang lain mencintai kekayaan Papua, Pastor John Jonga lebih memilih mencintai manusia Papua yang dianggap beberapa orang sebagai masyarakat yang terbelakang.

Melampaui Tugas Pastoral

Pastor Jhon Jonga saat ini sebagai seorang Katekese Kabupaten Keerom, Merauke, suatu wilayah yang merupakan perbatasan Indonesia dengan Papua Nugini. Dia datang ke Papua pada 1986 dan ditugaskan di paroki St Stefanus, Lembah Baliem, Wamena. di Papua. Setelah itu dia melanjutkan pelayanannya, di Kokonao, Kabupaten Mimika, Timika (1994-1999), kemudian pindah ke distrik Waris, Keerom (2001-2007) dan akhirnya saat ini di distrik Arso, Keerom sejak Januari 2008.

Dalam sambutan Pidato ketua dewan Juri Yap Thiam Hien Award Todung Mulya Lubis melukiskan sebagai Pastor yang bekerja melampaui tugas-tugas pastoralnya. Sangat aktif dalam memperjuangkan hak-hak masyarakat. Hampir semua persolan yang dihadapi masyarakat dibelanya. “Ada sedikit pun perlakuan tidak adil, atau tindak kekerasan, dia pasti memprotes,”. Sampai-sampai di disebut sebagai pastor OPM yang kerap membantu gerakan Papua Merdeka, pihak gereja pun terkesima keaktifan Pastor Jhon. Kaum perempuan dan anak-anak banyak dibela dan diperhatikannya. Bahkan, Pastor Jhon menghafal nama anak-anak kecil di lingkungan pelayanannya, permasalahan, potensi dan bakat mereka. Tidak heran, karena perhatiannya tersebut, Pastor Jhon dicintai umatnya yang merupakan masyarakat Papua.

Pernah suatu saat pada 1999, Pastor Jonga ditahan dan diinterogerasi di Kantor Polisi Mimika. “Karena mendengar itu, ibu-ibu suku Amungme dan Komoru turun ke jalan dan mengepung kantor polisi. Penghargaan Yap Thiam Hien Award, tidak hanya sebuah puja-puji bagi Pastor Jhon, tetapi lebih dari itu harus menjadi peringatan tentang Papua. Masih banyak pekerjaan rumah soal HAM yang belum dikerjakan.

Biodata

Nama               : Yohanes Jonga, Pr
Tanggal lahir     :  4 November 1958 di Nunur-Mbengan-Manggarai Timur Flores NTT
Orangtua          : Ayah Arnoldus Lete dan Ibu Yuliana Malon

Pendidikan       :

-1969-1975     : SD Waekekik Manggarai Timur
-1975-1978     : SMPK Rosamistika Waerana Manggarai Timur
-1978-1981     : SMPN 60 Ende NTT
-1981-1982     : Seminari Menengah St Dominggo Hokeng Flores Timur
-1982-1983     : Seminari Tinggi St Petrus Ritapiret-Maumere (Tahun Rohani)
-1983-1986     : APK St Paulus Ruteng Manggarai
-1990-1993     : Sekolah Tinggi Filsafat Teologia (STFT) Fajar Timur Abepura Jayapura Papua
-1999-2000     : Tahun Rohani di Agats Asmat Papua Tugas dan Karya 
-1986-1990     : Katekis di Paroki St Stefanus Kimbia Lembah Baliem Wamena Papua
-1991-1993     : Sambil kuliah membantu Pastor Ernes Cicar di Paroki Skanto Koya
-1994-1999     : Pastor Paroki Mimika Timur hingga Agimulya di Kabupaten Fakfak (kini masuk Kabupaten Mimika) -1999-2000     : sambil Tahun Rohani mendirikan Forum Perempuan Asmat AKAT LEPAS
-2000-2007     : Pastor Paroki St Mikhael Waris
-2007- kini      : Pastor Paroki Waris Merangkap Dekan Dekanat Keerom Keuskupan Jayapura Menjadi IMAM PROJO  pada 14 Oktober 2001 di APO oleh Uskup Jayapura Mgr. Leo Laba Ladjar OFM dengan motto tahbisan ….Kamu adalah Sahabatku… (Yohanes 15:14)

(Billy/PKR-KWI)

sumber: http :// mirifica .net/ printPage.php?aid=6004