Komitmen terhadap Pancasila


Dalam waktu berlainan, Pancasila diangkat sebagai topik. Pertama, penegasan komitmen Nahdlatul Ulama terhadap Pancasila.

Kedua, pernyataan tentang menurunnya kesadaran akan nilai-nilai Pancasila. Penegasan komitmen NU disampaikan Ketua Umum PB NU Said Aqil Siradj, Jumat. Esoknya, Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Komaruddin Hidayat, menyampaikantentang penurunan kesadaran nilai Pancasila akibat lemahnya elite politik dan pemerintah. Suasana kontekstual, momentumnya aktual dan relevan. Pancasila sebagai ideologi Negara Kesatuan Republik Indonesia memperoleh tantangan.

Kita kutip penegasan Said Aqil Siradj. ”NU siap berhadapan dengan kelompok mana pun yang mengancam keutuhan Indonesia.” Kata Komaruddin, ”Kita sudah kehilangan negarawan yang punya visi jauh untuk memperjuangkan bangsa dan negara.” Pernyataan dan penegasan di atas menyejukkan. Kita diingatkan kembali tentang nilai agung yang mendasari cita-cita membangun Indonesia. Temuan dan warisan agung para pendiri negara yang digali dari kondisi riil kemajemukan Indonesia.

Banyak sudah analisis mendalam tentang Pancasila. Semua bermuara memperkuat, memperyakin, dan menegaskan tentang pilihan Pancasila sebagai ideologi negara, bahkan sudah pula dirinci jadi butiran nilai. Sayang, karena pernah dimanfaatkan sebagai bagian dari praksis pemerintahan represif, semua lantas digeneralisasi harus ditinggalkan.

Dari sekian analisis, kita tertarik artikel ”Matinya Keindonesiaan Kita” oleh Kiki Syahnakri (Kompas, 10/2/2011). Di antaranya dia tulis, pemaksaan transplantasi (demokrasi) liberal di negeri ini membunuh ”gen” keindonesiaan yang mengalir dalam darah kebangsaan kita. ”Golongan darah” kita adalah Pancasila.

Memungut pernyataan di atas dan menempatkannya dalam konteks kita saat ini, kita peroleh darah segar. Kita berada di rel yang benar. Analogi Pancasila sebagai ”golongan darah” keindonesiaan mengentakkan rasa perasaan kita. Kelima sila dalam Pancasila niscaya merupakan rumusan mengikat yang perlu terus disegarkan dan diusahakan sebagai kompas penyelenggaraan bernegara dan berbangsa Indonesia.

Penegasaan Ketua Umum PB NU, pernyataan Rektor UIN, dan pendapat Kiki menyorongkan usul perlunya langkah konkret. Pendapat mereka hanya sebagian dari sekian pendapat yang memperkuat keyakinan pilihan kita bernegara dan berbangsa selama ini.

Apa urun rembuk kita? Tunjukkan praksis kepemimpinan yang kuat, berkarakter, tegas, dan berani. Ketegasan diperlukan untuk mengencangkan kembali sekrup-sekrup lembaga demokrasi yang mengendur. Ketegasan mempraktikkankeluhuran berpolitik memperoleh penguatan dari pernyataan-pernyataan suportif yang tentu ditopang hampir seluruh rakyat yang merasakan kebenaran Pancasila sebagai ”gen” keindonesiaan kita. 

(Tajuk Rencana Kompas, 26 April 2011)

Ansor Menentang Pembentukan Negara Islam


Minggu, 24 April 2011

Gerakan Pemuda (GP) Ansor menentang pembentukan negara Islam seperti yang dicita-citakan oleh kelompok Islam radikal di Indonesia.

“Ansor lahir untuk menjaga negara ini menjadi sejahtera bukan menjadi negara Islam,” kata Ketua Dewan Pembina Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda (GP) Ansor, Saifullah Yusuf, di Surabaya, Minggu.

Ia tidak memungkiri munculnya idelogi impor yang merasuki para pemuda, termasuk ide tentang pembentukan Negara Islam Indonesia (NII). “Kami tegaskan bahwa ide itu sudah ketinggalan zaman. Kita justru mundur jika berdebat soal NII,” kata Wakil Gubernur Jatim itu dalam peringatan Hari Lahir ke-77 GP Ansor di kantor PW Nahdlatul Ulama Jatim.

Menurut dia, paham impor yang baru masuk ke Indonesia itu justru dengan terang-terangan menyalahkan para ulama serta mengesampingkan paham yang telah dianut oleh umat Islam Indonesia selama ini. “Inilah yang harus kita luruskan. Tetapi bagi Ansor, sudah menjadi suatu keputusan dan tetap mengawal negara ini agar tetap sejahtera,” kata Saifullah.

Sementara itu, Ketua Umum Pimpinan Pusat GP Ansor, Nusron Wahid, mengatakan, organisasi yang dipimpinnya itu menjadi satu-satunya organisasi pemuda yang hidup di enam zaman, yakni zaman pergerakan kemerdekaan, zaman pendudukan Jepang, zaman revolusi, era Orde Lama, era Orde Baru, dan era reformasi. “Itu artinya GP Ansor sudah memiliki pengalaman yang sangat panjang sejak negara ini belum merdeka hingga saat ini,” kata anggota Fraksi Partai Golkar DPR itu.

Ia bercita-cita menjadikan Ansor mampu berperan dalam mengatasi masalah kemiskinan karena 60 persen kemiskinan di Indonesia berada di Pulau Jawa. Dari jumlah tersebut, 68 persen di antaranya berada di perdesaan. “Kader Ansor harus berperan ikut memerangi kemiskinan dan juga harus bisa menjadi pemimpin di wilayahnya,” kata Nusron.

Peringatan Harlah Ansor itu dihadiri Hanung Bramantyo, sutradara film ” Tanda Tanya” yang sempat menjadi polemik di kalangan anggota Ansor. Tak ketinggalan aktor Reza Rahadian, pemeran Soleh yang menjadi anggota Barisan Ansor Serba Guna (Banser) dalam film itu, hadir dalam acara tersebut.

Menurut Nusron, peringatan Harlah Ansor akan dimeriahkan Ahmad Dhani, Mulan Jameela, dan Iwan Fals di Pasuruan, Banyuwangi, dan Tulungagung.(*)

(Antaranews.com)

MPR Minta Penataran Pancasila Dihidupkan Lagi


Kamis, 21 April 2011,

Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) meminta pemerintah membentuk lembaga untuk kembali menanamkan nilai-nilai Pancasila karena MPR sendiri merasa sudah tak mampu mengemban tugas tersebut.

“Diperlukan badan yang akan menerangkan Pancasila sampai ke bawah,” kata Ketua MPR Taufiq Kiemas. “Sebab, dengan kurang lebih 690 anggota MPR, kami merasa tidak sanggup kalau itu diteruskan, kalau tidak ada bantuan eksekutif,” kata Taufiq usai bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di kantor presiden, Jakarta, Kamis 21 April 2011.

Menurut Kiemas, terkikisnya nilai-nilai Pancasila dari masyarakat menyebabkan terjadinya terorisme, radikalisme, dan kekerasanhorizontal. “Dan MPR juga sama dengan Presiden, masalah ini tidak bisa didiamkan. Kita hanya bisa melawan dengan ideologi dan kebhinnekaan. Tanpa itu kita tidak bisa melawan kekerasan horisontal, radikalisme, dan terorisme itu tadi,” kata dia.

Sementara itu, anggota MPR yang juga hadir dalam pertemuan itu, Lukman Hakim Saifudin menambahkan lembaga yang diusulkan itu harus berada di bawah eksekutif. Namun, pola penanaman nilai-nilai Pancasila itu tidak menggunakan pola yang dipakai oleh Orde Baru.

“Tidak yang doktriner, yang selalu datang dari pemerintah. Kita bisa lakukan dengan cara lain. Cara inilah yang harus dipikirkan lembaga yang akan dibentuk itu.”

Menurut Lukman, sebuah lembaga yang memiliki tugas dan wewenang khusus sangat diperlukan dalam proses internalisasi nilai-nilai Pancasila. “Dengan pelembagaan ini, kami berharap proses bottom up, menumbuhkan kesadaran dari bawah, bisa lebih akseleratif, bisa dipercepat sekaligus lebih implementatif.

“Menurut dia, SBY pun telah sepaham dan menyetujui usulan MPR tersebut. “Beliau (SBY) menjanjikan dalam waktu yang cepat akan menindaklanjuti usulan ini,” kata dia.

MPR, kata Lukman, juga mengundang SBY dan mantan Presiden lainnya dalam peringatan Hari Pancasila pada 1 Juni mendatang. MPR juga meminta SBY menyampaikan pidato kenegaraannya. “Ini dimaksudkan untuk menyegarkan ingatan anak bangsa, melakukan revitalisasi dan reaktualisasi nilai-nilai Pancasila yang sekarang kita rasakan mulai disadari atau tidak semakin tercerabut dari diri kita yang memiliki nilai luhur kebudayaan,” kata Lukman. (eh)
(Vivanews.com)

Berbagai Tindak Kekerasan Cederai Budaya Hargai Kehidupan


Jumat, 22 April 2011 07:05 WIB |

Uskup Agung Semarang Mgr.Yohanes Pujasumarta mengatakan, berbagai tindak kekerasan terjadi belakangan ini telah mencederai budaya menghargai kehidupan.

“Lepas dari alasan apapun, budaya kekerasan tidak bisa dibenarkan,” kata Mgr.Yohanes Pujasumarta dalam pesan Paskah 2011 yang disampaikan di Semarang, Jumat.

Menurut dia, sejumlah tindak kekerasan yang terjadi belakangan ini seperti kasus Cikeusik, Pandeglang, Banten; kerusuhan Temanggung; hingga yang terakhir peristiwa ledakan di Cirebon.

Ia menilai, berbagai kejadian tersebut bukanlah suatu kecelakaan, namun suatu kesengajaan atau telah direncanakan.

Para pelakukanya, lanjut dia, bukanlah perorangan, namun orang-orang dengan maksud tertentu yang ingin menimbulkan ketakutan dan mengganggu keamanan.

Selain itu, ia sangsi jika motif dalam berbagai tindak kekerasan yang terjadi tersebut didasarkan atas motif agama.

“Motifnya lebih ke kekuasaan politik yang dibungkus dalam nuansa agama,” katanya.

Oleh karena itu, lanjut dia, Paskah 2011 ini merupakan momentum untuk mengubah kehidupan dari “Culture of Death” menjadi “Culture of Life”.

“Mengubah budaya kekerasan menjadi kelembutan. Nurani menyuarakan untuk memelihara kehidupan, bukan melenyapkannya,” tambahnya.

Ia menegaskan, manusia bukanlah pemilik atau penguasa kehidupan, melainkan pelayan untuk mengembangkan, menerima dan melestarikan kehidupan.

(Antaranews.com)

Awas Ada Ancaman atas Gereja Santo Johanes Baptista Parung, Kabupaten Bogor


Thursday, April 21, 2011, 9:46 AM 

Dear all,

Selasa kemarin pihak Bupati Kabupaten Bogor dari partai PPP dalam sebuah rapatmendesak pihak gereja Katolik Paroki Santo Johanes Baptista Parung untuk tidak menggelar acara kebaktian Minggu Suci di lahan miliknya sendiri tapi harus memindahkannya ke sebuah lokasi lain di Telaga Kahuripan. Hal ini tentu akan menyulitkan pihak umat paroki karena Telaga Kahuripan letaknya cukup jauh dari lokasi gereja di Tulang Kuning .

Selain itu masyarakat di sekitar Kecamatan Parung juga mendukung pihak gereja untuk tetap mengadakan kebaktian 3 Hari Suci di lokasi gereja di Kampung Tulang Kuning.

Berikut ini kami berikan alamat lengkap gereja sbb :

Paroki Santo Johanes Baptista
Jalan Raya Metro Parung
Kampung Tulang Kuning
Rt 01, Rw 06
Desa Waru Induk No. 36
Kecamatan Parung Kabupaten Bogor (sesudah gerbang Perum Metro Parung bersebelahan dengan Klenteng/Bio)
Telepon gereja 0251-861 0067
Pengurus gereja Bapak Alexander AM Hp 08129 317 931 dan +62 85814911 977

Adapun acara misa kudus (kebaktian) 3 Hari Suci sbb :

Hari Kamis Putih (hari ini)
tanggal 21 April. Misa Suci jam 18.00 -20.00 WIB

Hari Jumat Agung (besok) tanggal 22 April Kebaktian jam 14.00 – 18.00WIB

Malam Paskah, Sabtu tanggal 23 April. Kebaktian jam 18.00 – 20.00 WIB

Minggu Paskah, hari Minggu tanggal 24 April jam 07.30 – 09.30 WIBpagi

Mohon dengan sangat Anda semua meliput dan memantau acara Minggu Suci di Parung

Untuk informasi selanjutnya mohon Anda menghubungi pihak gereja atau Bapak Alex dengan nomor telpon di atas. Terima kasih sebesar-besarnya atas perhatian dan bantuan serta kerja sama yang baik dari Anda sekalian

Kepada yang merayakannya saya ingin ucapkan Selamat Pesta Paskah bagi Anda dan keluarga sekalian

Salam hormat
Theophilus Bela
Ketua Umum Forum Komunikasi Kristiani Jakarta (FKKJ)Sekjen Indonesian Committee on Religion and Peace (IComRP)Duta Besar Perdamaian (Ambassador For Peace)
(Milis APIK)