HOMESCHOOLING: SEBUAH PENDIDIKAN ALTERNATIF

HOMESCHOOLING:

SEBUAH PENDIDIKAN ALTERNATIF

Oleh Pormadi Simbolon, SS

Pengantar

 

Setiap orang tua menghendaki anak-anaknya mendapat pendidikan bermutu, nilai-nilai iman dan moral yang tertanam baik, dan suasana belajar anak yang menyenangkan. Kerapkali hal-hal tersebut tidak ditemukan para orangtua di sekolah umum. Oleh karena itu muncullah ide orangtua untuk “menyekolahkan” anak-anaknya di rumah. Dalam perkembangannya, berdirilah lembaga sekolah yang disebut sekolah-rumah (homeschooling) atau dikenal juga dengan istilah sekolah mandiri, atau home education atau home based learning.

 

Latar Belakang

 

Banyaknya orangtua yang tidak puas dengan hasil sekolah formal mendorong orangtua mendidik anaknya di rumah. Kerapkali sekolah formal berorientasi pada nilai rapor (kepentingan sekolah), bukannya mengedepankan keterampilan hidup dan bersosial (nilai-nilai iman dan moral). Di sekolah, banyak murid mengejar nilai rapor dengan mencontek atau membeli ijazah palsu. Selain itu, perhatian secara personal pada anak, kurang diperhatikan. Ditambah lagi, identitas anak distigmatisasi dan ditentukan oleh teman-temannya yang lebih pintar, lebih unggul atau lebih “cerdas”. Keadaan demikian menambah suasana sekolah menjadi tidak menyenangkan.

 

Ketidakpuasan tersebut semakin memicu orangtua memilih mendidik anak-anaknya di rumah, dengan resiko menyediakan banyak waktu dan tenaga. Homeschooling menjadi tempat harapan orang tua untuk meningkatkan mutu pendidikan anak-anak, mengembangkan nilai-nilai iman/ agama dan moral serta mendapatkan suasana belajar yang menyenangkan.

 

Homeschooling

Istilah Homeschooling sendiri berasal dari bahasa Inggris berarti sekolah rumah. Homeschooling berakar dan bertumbuh di Amerika Serikat. Homeschooling dikenal juga dengan sebutan home education, home based learning atau sekolah mandiri. Pengertian umum homeschooling adalah model pendidikan dimana sebuah keluarga memilih untuk bertanggung jawab sendiri atas pendidikan anaknya dengan menggunakan rumah sebagai basis pendidikannya. Memilih untuk bertanggungjawab berarti orangtua terlibat langsung menentukan proses penyelenggaraan pendidikan, penentuan arah dan tujuan pendidikan, nilai-nilai yang hendak dikembangkan, kecerdasan dan keterampilan, kurikulum dan materi, serta metode dan praktek belajar (bdk. Sumardiono, 2007:4).

 

Peran dan komitmen total orangtua sangat dituntut. Selain pemilihan materi dan standar pendidikan sekolah rumah, mereka juga harus melaksanakan ujian bagi anak-anaknya untuk mendapatkan sertifikat, dengan tujuan agar dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya. Banyak orang tua Indonesia yang mempraktekkan homeschooling mengambil materi pelajaran, bahan ujian dan sertifikat sekolah rumah dari Amerika Serikat. Sertifikat dari negeri paman Sam itu diakui di Indonesia (Departemen Pendidikan Nasional) sebagai lulusan sekolah Luar Negeri (Kompas, 13/3/2005).

 

Dalam Pendidikan Nasional

Departemen Pendidikan Nasional menyebut sekolah-rumah dalam pengertian pendidikan homeschooling. Jalur sekolah-rumah ini dikategorikan sebagai jalur pendidikan informal yaitu jalur pendidikan keluarga dan lingkungan (pasal 1 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional – Sisidiknas No. 20/2003). Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Meskipun pemerintah tidak mengatur standar isi dan proses pelayanan pendidikan informal, namun hasil pendidikan informal diakui sama dengan pendidikan formal (sekolah umum) dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan (pasal 27 ayat 2).

 

Dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Juga dijelaskan sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional (pasal 1).

 

Berdasarkan definisi pendidikan dan sistem pendidikan nasional tersebut, sekolah rumah menjadi bagian dari usaha pencapaian fungsi dan tujuan pendidikan nasional yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

 

Sejarah Singkat

 

Filosofi berdirinya sekolah rumah adalah “manusia pada dasarnya makhluk belajar dan senang belajar; kita tidak perlu ditunjukkan bagaimana cara belajar. Yang membunuh kesenangan belajar adalah orang-orang yang berusaha menyelak, mengatur, atau mengontrolnya” (John Cadlwell Holt dalam bukunya How Children Fail, 1964). Dipicu oleh filosofi tersebut, pada tahun 1960-an terjadilah perbincangan dan perdebatan luas mengenai pendidikan sekolah dan sistem sekolah. Sebagai guru dan pengamat anak dan pendidikan, Holt mengatakan bahwa kegagalan akademis pada siswa tidak ditentukan oleh kurangnya usaha pada sistem sekolah, tetapi disebabkan oleh sistem sekolah itu sendiri.

 

Pada waktu yang hampir bersamaan, akhir tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an, Ray dan Dorothy Moor melakukan penelitian mengenai kecenderungan orang tua menyekolahkan anak lebih awal (early childhood education). Penelitian mereka menunjukkan bahwa memasukkan anak-anak pada sekolah formal sebelum usia 8-12 tahun bukan hanya tak efektif, tetapi sesungguhnya juga berakibat buruk bagi anak-anak, khususnya anak-anak laki-laki karena keterlambatan kedewasaan mereka (Sumardiono, 2007: 21).

 

Setelah pemikirannya tentang kegagalan sistem sekolah mendapat tanggapan luas, Holt sendiri kemudian menerbitkan karyanya yang lain Instead of Education; Ways to Help People Do Things Better, (1976). Buku ini pun mendapat sambutan hangat dari para orangtua homeschooling di berbagai penjuru Amerika Serikat. Pada tahun 1977, Holt menerbitkan majalah untuk pendidikan di rumah yang diberi nama: Growing Without Schooling.

 

Serupa dengan Holt, Ray dan Dorothy Moore kemudian menjadi pendukung dan konsultan penting homeschooling. Setelah itu, homeschooling terus berkembang dengan berbagai alasan. Selain karena alasan keyakinan (beliefs) , pertumbuhan homeschooling juga banyak dipicu oleh ketidakpuasan atas sistem pendidikan di sekolah formal.

 

Di Indonesia

 

Perkembangan homeschooling di Indonesia belum diketahui secara persis karena belum ada penelitian khusus tetang akar perkembangannya. Istilah homeschooling merupakan khazanah relatif baru di Indonesia. Namun jika dilihat dari konsep homeschooling sebagai pembelajaran yang tidak berlangsung di sekolah formal alias otodidak, maka sekolah rumah sudah tidak merupakan hal baru. Banyak tokoh-tokoh sejarah Indonesia yang sudah mempraktekkan homeschooling seperti KH. Agus Salim, Ki Hajar Dewantara, dan Buya Hamka (Makalah Dr. Seto Mulyadi, 18 Juni 2006).

Dalam pengertian homeschooling ala Amerika Serikat, sekolah rumah di Indonesia sudah sejak tahun 1990-an. Misalnya Wanti, seorang ibu yang tidak puas dengan sistem pendidikan formal. Melihat risiko yang menurut Wanti sangat mahal harganya, dia banting setir. Tahun 1992 Wanti mengeluarkan semua anaknya dari sekolah dan memutuskan mengajar sendiri anak-anaknya di rumah. Ia mempersiapkan diri selama 2 tahun sebelum menyekolahkan anaknya di rumah. Semua kurikulum dan bahan ajar diimpor dari Amerika Serikat.Wanti sadar keputusannya mengandung konsekuensi berat. Dia harus mau capek belajar lagi, karena bersekolah di rumah berarti bukan anaknya saja yang belajar, tetapi justru orangtua yang harus banyak belajar.

Demikian juga Helen Ongko (44), salah seorang ibu yang mendidik anaknya dengan bersekolah di rumah, sampai harus ke Singapura dan Malaysia mengikuti seminar tentang hal ini. Dia ingin benar-benar mantap, baru mengambil keputusan. “Kebetulan waktu itu kondisi ekonomi sedang krisis sehingga kami banyak di rumah. Eh, ternyata enak ya belajar bersama di rumah,” kata Helen yang mulai mengajar anak di rumah tahun 2000 (Kompas, 13/3/2005).

Di Indonesia baru beberapa lembaga yang menyelenggarakan homeschoooling, seperti Morning Star Academy dan lembaga pemerintah berupa Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM).

 

Morning Star Academy, Lembaga pendidikan Kristen ini berdiri sejak tahun 2002 dengan tujuan selain memberikan edukasi yang bertaraf internasional, juga membentuk karakter siswanya.

 

Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) merupakan program pemerintah dalam menyelenggarakan pendidikan jalur informal. Badan penyelenggara PKBM sudah ada ratusan di Indonesia. Di Jakarta Selatan aja, ada sekitar 25 lembaga penyelenggara PKBM dengan jumlah siswa lebih kurang 100 orang. Setiap program PKBM terbagi atas Program Paket A (untuk setingkat SD), B (setingkat SMP), dan Paket C (setingkat SMA). PKBM sebenarnya menyelenggarakan proses pendidikan selama 3 hari di sekolah, selebihnya, tutor mendatangi rumah para murid. Para murid harus mengikuti ujian guna mendapatkan ijazah atau melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya. Perbedaan Ijazah dengan sekolah umum, PKBM langsung mengeluarkannya dari pusat.

 

Saat ini, perkembangan homeschooling di Indonesia dipengaruhi oleh akses terhadap informasi yang semakin terbuka dan membuat para orang tua memiliki semakin banyak pilihan untuk pendidikan anak-anaknya.

 

Faktor-Faktor Pemicu dan Pendukung Homechooling

 

  • Kegagalan sekolah formal

Baik di Amerika Serikat maupun di Indonesia, kegagalan sekolah formal dalam menghasilkan mutu pendidikan yang lebih baik menjadi pemicu bagi keluarga-keluarga di Indonesia maupun di mancanegara untuk menyelenggarakan homeschooling. Sekolah rumah ini dinilai dapat menghasilkan didikan bermutu.

 

  • Teori Inteligensi ganda

Salah satu teori pendidikan yang berpengaruh dalam perkembangan homeschooling adalah Teori Inteligensi Ganda (Multiple Intelligences) dalam buku Frames of Minds: The Theory of Multiple Intelligences (1983) yang digagas oleh Howard Gardner. Gardner menggagas teori inteligensi ganda. Pada awalnya, dia menemukan distingsi 7 jenis inteligensi (kecerdasan) manusia. Kemudian, pada tahun 1999, ia menambahkan 2 jenis inteligensi baru sehingga menjadi 9 jenis inteligensi manusia. Jenis-jenis inteligensi tersebut adalah:Inteligensi linguistik; Inteligensi matematis-logis; Inteligensi ruang-visual; Inteligensi kinestetik-badani; Inteligensi musikal; Inteligensi interpersonal; Inteligensi intrapersonal; Inteligensi ligkungan; dan Inteligensi eksistensial.

 

Teori Gardner ini memicu para orang tua untuk mengembangkan potensi-potensi inteligensi yang dimiliki anak. Kerapkali sekolah formal tidak mampu mengembangkan inteligensi anak, sebab sistem sekolah formal sering kali malahan memasung inteligensi anak.

(Buku acuan yang dapat digunakan mengenai teori inteligensi ganda ini dalam bahasa Indonesia ini, Teori Inteligensi Ganda, oleh Paul Suparno, Kanisius: 2003).

 

  • Sosok homeschooling terkenal

Banyaknya tokoh-tokoh penting dunia yang bisa berhasil dalam hidupnya tanpa menjalani sekolah formal juga memicu munculnya homeschooling. Sebut saja, Benyamin Franklin, Thomas Alfa Edison, KH. Agus Salim, Ki Hajar Dewantara dan tokoh-tokoh lainnya.

Benyamin Franklin misalnya, ia berhasil menjadi seorang negarawan, ilmuwan, penemu, pemimpin sipil dan pelayan publik bukan karena belajar di sekolah formal. Franklin hanya menjalani dua tahun mengikuti sekolah karena orang tua tak mampu membayar biaya pendidikan. Selebihnya, ia belajar tentang hidup dan berbagai hal dari waktu ke waktu di rumah dan tempat lainnya yang bisa ia jadikan sebagai tempat belajar.

 

  • Tersedianya aneka sarana

Dewasa ini, perkembangan homeschooling ikut dipicu oleh fasilitas yang berkembang di dunia nyata. Fasilitas itu antara lain fasilitas pendidikan (perpustakaan, museum, lembaga penelitian), fasilitas umum (taman, stasiun, jalan raya), fasilitas sosial (taman, panti asuhan, rumah sakit), fasilitas bisnis (mall, pameran, restoran, pabrik, sawah, perkebunan), dan fasilitas teknologi dan informasi (internet dan audivisual).

 

Homeschooling vs Sekolah Umum

Model pendidikan yang paling terkenal dan diakui masyarakat adalah sistem sekolah atau pendidikan formal baik yang diselenggarakan pemerintah maupun swasta. Sekolah umum seringkali dipandang sebagian orang lebih valid dan disukai.

 

Namun bagi sebagian orang, sistem sekolah umum merupakan sekolah yang tidak memuaskan bagi perkembangan diri anak. Sekolah umum menjadi kambing hitam atas output yang dikeluarkannya. Hal ini terlihat dari output pendidikan formal banyak menjadi koruptor, pelaku mafia peradilan, politisi pembohong, dan penipu kelas kakap. Alasan kekecewaan itulah memicu keluarga-keluarga memilih sekolah rumah alias homeschooling sebagai pendidikan alternatif.

 

Pada hakekatnya, baik homeschooling maupun sekolah umum, sama-sama sebagai sebuah sarana untuk menghantarkan anak-anak mencapai tujuan pendidikan seperti yang diharapkan. Namun homeschooling dan sekolah memiliki perbedaan.

 

Pada sistem sekolah, tanggung jawab pendidikan anak didelegasikan orang tua kepada guru dan pengelola sekolah. Pada homeschooling, tanggung jawab pendidikan anak sepenuhnya berada di tangan orang tua.

 

Sistem di sekolah terstandardisasi untuk memenuhi kebutuhan anak secara umum, sementara sistem pada homeschooling disesuaikan dengan kebutuhan anak dan kondisi keluarga.

 

Pada sekolah, jadwal belajar telah ditentukan dan seragam untuk seluruh siswa. Pada homeschooling jadwal belajar fleksibel, tergantung pada kesepakatan antara anak dan orang tua.

 

Pengelolaan di sekolah terpusat, seperti pengaturan dan penentuan kurikulum dan materi ajar. Pengelolaan pada homeschooling terdesentralisasi pada keinginan keluarga homeschooling. Kurikulum dan materi ajar dipilih dan ditentukan oleh orang tua.

 

Kelebihan dan Kekurangan Homeschooling

Dari perbedaan di atas, kita dapat menyebutkan kelebihan homeschooling, antara lain: adaptable, artinya sesuai dengan kebutuhan anak dan kondisi keluarga; mandiri artinya lebih memberikan peluang kemandirian dan kreativitas individual yang tidak didapatkan di sekolah umum; potensi yang maksimal, dapat memaksimalkan potensi anak, tanpa harus mengikuti standar waktu yang ditetapkan sekolah; siap terjun pada dunia nyata. Output sekolah rumah lebih siap terjun pada dunia nyata karena proses pembelajarannya berdasarkan kegiatan sehari-hari yang ada di sekitarnya; terlindung dari pergaulan menyimpang. Ada kesesuaian pertumbuhan anak dengan dengan keluarga. Relatif terlindung dari hamparan nilai dan pergaulan yang menyimpang (tawuran, narkoba, konsumerisme, pornografi, mencontek dan sebagainya); Ekonomis, biaya pendidikan dapat menyesuaikan dengan kondisi keuangan keluarga.

 

Di sisi lain, homeschooling mempunyai kelemahan-kelemahan yang dapat disebutkan berikut ini: membutuhkan komitmen dan tanggung jawab tinggi dari orang tua; memiliki kompleksitas yang lebih tinggi karena orangtua harus bertanggung jawab atas keseluruhan proses pendidikan anak; keterampilan dan dinamika bersosialisasi dengan teman sebaya relatif rendah; ada resiko kurangnya kemampuan bekerja dalam tim (team work), organisasi dan kepemimpinan; proteksi berlebihan dari orang tua dapat memberikan efek samping ketidakmampuan menyelesaikan situasi dan masalah sosial yang kompleks yang tidak terprediksi.

 

Penutup

Homeschooling merupakan sebuah pilihan dan khazanah alternatif pendidikan bagi orang tua dalam meningkatkan mutu pendidikan, mengembangkan nilai iman (agama), dan menginginkan suasana belajar yang lebih menyenangkan. Di sisi lain, ada sekolah umum yang memberikan bahan ajar dan kurikulum secara terpusat dan seragam, sesuai dengan harapan dan kebutuhan anak. Baik homeschooling maupun sekolah umum (pendidikan formal) sama-sama mempunyai kelebihan dan kekurangan dalam menghantarkan peserta didik mencapai tujuan pendidikan. Soal pilihan atas keduanya, semua diserahkan pada orangtua dan keluarga sesuai dengan kondisi keluarga.

Penulis adalah pemerhati pendidikan anak, tinggal di Jakarta.

REFERENSI:

 

Kompas Cyber Media, 29 Agustus 2005: Home Schooling” Model Pendidikan Alternatif

 

Sarie Febriane/ Clara Wresti, Rumah Kelasku, Dunia Sekolahku, Harian Kompas, 13 Maret 2005

 

Yorgi Gusman, Ikutan Home Schooling, 08 September 2006

 

Paul Suparno, Teori Inteligensi Ganda, Kanisius: Yogyakarta, 2003

 

Sumardiono, Homeschooling, Lompatan Cara Belajar, PT. Elex Media Komputindo: Jakarta, 2007

 

Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Fokusmedia, Bandung 2003

46 Tanggapan

  1. Much of the webpages that you may uncover dealing with this subject are very knowledgeable, while many aren’t.

  2. So, would you share some of them?

  3. Your review of homeschooling is very interesting. I eager to discuss HS with you, if you don’t mind. I am a post- graduate student of IKIP which recently known by Universitas Negeri Malang (UM). Because my thesis will talk about HS especially for the teaching of speaking in street kids, I want to know whether there is a research which refer to my thesis. I am looking forward for your reply. Thank you very much for your concern as someone who interested in homeschooling.

  4. yah, ada buku bagus juga yang udah kubaca tetnang home schooling terbitan Penerbit Pinus, Yogyakarta. aku jadi berpikir, kuadopsi untuk anakku kah?

    Ulya

  5. Thanx informasinya… homeshooling akan jadi solusi bila ditangani oleh orang tua yang kompeten di bidang pendidikan. tapi apa iya semua orang tua bisa begitu… untuk mengurus rumah tangga saja sudah susah.

  6. Saya marini kasim, sedang membuat thesis berkaitan pendidikan alternatif di Malaysia, Universiiti Sains Malaysia..adakah lagi kajian berkaitan? Terima kasih

  7. Mohon informasi lebih lanjut nama dan alamat insitusi Home Schooling yang islami di Jakarta.
    Trimakasih,

  8. anak saya sem 2 mogok sokolah dia ingin sekolah di rumah saja , saya bingung ttg sekolah di rumah kalau di bandung hub ke mana?

  9. g tw jg

    tp aku d sekolah formal c, g pernah ngalamin home schooling

    tp jujur kemampuan aku bwt kerja kelompok msh kurg….

    tp kalo sebagai makhluk sosial spy kita bisa bertumbuh lebih baik sekolah formal…itu realitanya

    tp menurutku

    home schooling lebih enak soalnya bisa sama-sama terus sama ortu asyik banget khan….

  10. Saya mau tanya, lembaga atau komunitas homeschooling yang ada di Jakarta tepatnya di mana saja ?

  11. Saya tertarik dgn home schooling ini, tapi gmn cara dpt info homeschooling di seputar Solo?

  12. mohon informasi komunitas HS yang ada di Jogjakarta (DIY). trimakasih

  13. aku kls 2 smp alamat di jl. mandala utara no.30 tomang jakarta barat tlp 5603637, tolong donk saya mau ikut home schooling gimana caranya, tolong aku diberitahu dan bagaimana kelanjutan. secepatnya & segera jawabannya.

  14. kira2 utk biyanya brp ya ?

  15. Mas Pormadi, saya mahasiswa UI yang sedang belajar mata kuliah Menulis Feature. Ujian tengah semester saya adalah menulis sebuah feature liputan gaya hidup. Saya memilih tema Homeschooling.
    Bolehkah saya mencantumkan essay mas ini dalam UTS saya? Nantinya tulisan mas akan berada pada box khusus yang akan membahas sejarah homeschooling di Amerika dan Indonesia. Begitu juga dengan tokoh-tokoh terkenal yang menempuh pendidikan homeschooling. Dan akan tertulis nama mas sebagai penulisnya. (Pormadi Simbolon SS)
    Saya sangat mengharapkan balasan mas secepatnya, karena UTS ini dikumpulkan rabu besok (21/10) pukul 19.00 WIB.

    Terima kasih sebelumnya,

    salam
    apit

  16. […] 2007. Homeschooling: Sebuah Pendidikan Altenatif, (Online), (https://pormadi.wordpress.com/2007/11/12/homeschooling/, diakses 16 November […]

  17. Yth P’ Pormadi,

    Anak kami perempuan umur 15 th, SMP kelas 1, berminat untuk pindah ke Home Schooling saja.
    Karena dari hasil test IQ dia termasuk Slow Learner, dan dulu di SD pernah 2 kali tidak naik kelas.
    Anak kami ini mengidap penyakit Hypokalemia (kekurangan zat Kalium), yang berdampak pada daya tangkap berpikir nya lemah.
    Mohon kami dapat diberikan info tentang di mana kami bisa mendaftar Home Schooling, dalam artian “panggil guru” ke rumah, dengan pelajaran yang paling tidak sama dengan sekolah umum, dan memiliki Ijazah yang diakui negara kita.

    Mohon tanggapan dari P’ Pormadi.

    Salam,
    Syafril Darwis
    hp : 0819-05000184

    • Saya rekomendasikan ke http://homeschoolingberkemas.blogspot.com/2007/09/pendaftaran-berkemas.html Bagi homescholer yang ingin bergabung di komunitas homescholing BERKEMAS bisa datang ke sekertariat BERKEMAS di jalan AUP Gg.H.Mesir II RT02 RW010 N0 28 Pasar Minggu Jakarta Selatan tlp 78839571 pada jam 09-17 WIB Senin-Sabtu
      (Konfirmasi dahulu melalui telepon).

      Atau mengisi data seperti dibawah ini dan mengirimkannya melalui email di umirafif@yahoo.com atau fax 78845632 up Naning.

      Selain itu dikenakan biaya pendaftaran sebesar Rp.200.000 yang bisa di transfer melalui rekening KCP SEJATI MULIA BCA No 5540301648 atas nama yayah komariah. Pendaftaran dianggap berlaku setelah konfirmasi pembayaran dengan melampirkan bukti transfer pembayaran melalui email atau fax .

      Fasilitas yang didapat dengan menjadi anggota komunitas BERKEMAS adalah sebagai berikut:
      • Terdaftar sebagai peserta homeschooling di komunitas BERKEMAS dan juga Departemen Pendidikan Nasional dari awal mendaftar sampai dengan SMA
      • Dapat mengikuti ujian kesetaraan atau ujian sekolah formal pada jenjang pendidikan tertentu
      • Mendapatkan raport bagi anggota yang menginginkan.
      • Akan mendapatkan prioritas dalam pelatihan parenting yang diadakan oleh komunitas BERKEMAS
      • Berkesempatan mengikuti pertemuan orangtua yang diadakan komunitas BERKEMAS.

      DATA Yang HARUS DIISI UNTUK PENDAFTARAN KOMUNITAS HOMESCHOOLING BERKEMAS

      Nama : ……………………………………………………………………

      Tempat dan tgl lahir : ………………………………………………………….

      Alamat :………………………………………………………………………….

      Nama orangtua ayah/ibu :…………………………………………………………….

      Pekerjaan :………………………………………………………………………………

      • saya adalah salah satu orang tua yang tidak puas dg sekolah formal.dimana komunitas homeschooling yg ada di bekasi?

    • Pak Syafril,
      Maaf, saya mau komentar ttp bukan ttg homeschooling, melainkan ttg penyakit hypokalemia. Anak saya kebetulan mengidap penyakit yg sama, tapi dokter yang menanganinya tidak pernah sekali pun mengatakan bahwa penyakit ini akan mempengaruhi kemampuan berpikirnya, dan selama ini saya melihat tidak ada sedikit pun pengaruhnya pada anak saya. Dia tetap cerdas dan mampu berpikir secara logis. Bila nilai akademisnya tidaklah cemerlang, saya dan guru2 di sekolah sepakat bahwa hal itu disebabkan oleh kurangnya motivasi. Saat ini dia sedang begitu fokus pada musik, jadi dia berpikir buat apa lagi belajar matematika atau fisika dsb karena ilmu2 tidak ada hubungannya dengan musik (menurut dia sih begitu).
      mengenai masalah hypokalemie sebagai penyakit yang langka, saya akan senang sekali untuk berbagi pengalaman dengan bapak. Misalnya mengenai suplemen yang baik untuk dikonsumsi. Bila biasanya kadar kalium hanya berkisar kurang dari 2,5, setelah mengkonsumsi suplemen tersebut ditambah obat yang disarankan dokter, sekarang kadarnya bisa mencapai 2,7 bahkan terkadang mencapai 2,8.
      Bagaimana dengan anak Bapak? obat apa yang dikonsumsi sekarang. Kami masih sering kesulitan mendapatkan obat KSR. Sementara Kalium Durules sekarang sudah tidak ada lagi, padahal obat ini amat baik. Sayang sekali.

  18. gw dukung home schooling emg top cer……..konsentrasi terarah dan pendalaman mantap abis…….bisa di uji….

  19. Wah aku mau banget.. anak-anakku kelak jalur home schooling aja

  20. Rumah Belajar Bumi Cendekia belajar denga metode pendekatan Hs… bagi yang lokasi di solo, bisa hubungi saya

    • . tentang sekolah rumah sii bagus aja .. hanya bagi anak anak kan perlu juga perlu bergaul seluas luasnya … apa yaa secara psikologis juga bisa maksimal ? bagi kami yg masyarakat bawah nampaknya enggak begitu ideal … tapi bagus aja siih bagi yg ingin !

  21. sekolah alternatif bagi mereka yg punya anak sng disibukkan dengan rutinitas sehari2…..ya ga pa palah,daripada ga sekolah

  22. untuk anak-anak homeschooling, ada CD e-learning yang dapat membantu mereka untuk lebih mudah belajar secara mandiri. Namanya Savvy. Info lengkapnya, dan demonya bisa dicoba di: http://www.centrinova.com/savvy/demo_download.html

  23. saya masih bingung ,,,, sebenarnya yang mengajari kita orang tua atau guru kalau kita homeschooling???

    • lebih baik orang tua sy rasa, baru kalo memang ortu kurang kompeten ya pake jasa guru, misal dg les renang ato kursus bhs inggris, ato kursus bikin robot….tinggal kt mau belajar apa sj unt mengasah skill anak, itu yg dipelajari. tapi fasilitator utama tetep ortu, ortu ibarat event organizer or manajer anak, jd ga hrs handle smua pelajaran tp harus bs memfasilitasi

  24. Alternatif opendidikan buat anak2 yg disibukan dengan kegiatan diluar jam belajar di sekolah

  25. apa sdh ada penelitian ttg hasil dari pendidikan home schooling,apakah lebih baik atau bruk dibanding dengan pendidikan formal pada umumnya,mhn masukan dari kawan2 sekalian

    • di amerika misal yg lebih matang kultur homeschoolingnya, hasil penelitian d sana menunjukkan karakter maupun prestasi anak hs lebih baik dr anak public school.
      hal itu terlihat dr kemandiriannya dlm belajar, inisiatif, tanggungjawabnya thd diri sendiri, bahkan soal sosialisasinya pun lbh luwes

  26. hOME SCHOOLING SANGAT COCOK BUAT ANAK YG SIBUK DENGAN RUTINITAS DI KARIR DILUAR SEKOLAH SEPERTI ARTIS DLL

  27. @ Bapak Nasrun Djauhari
    >Mohon informasi lebih lanjut nama dan alamat insitusi Home Schooling yang islami di Jakarta.Trimakasih>

    Kami Homeschooling SMP Islami, Khoiru Ummah, ada cabang di Bogor dan Yogya. yang lebih banyak adalah cabang Homeschooling Khoiru Ummah setara SD.

    Silakan kunjungi web resmi kami ini: http://www.hsgsmpku.sch.id silakan buka profile kami.

    untuk melihat karya siswa-siswi kami, silakan mengunjungi: http://www.karyasiswaku.wordpress.com [kebetulan, saya pengajarnya di mata pelajaran Creative Writing]

    semoga bermanfaat

  28. mohon info pak….. anak saya sekarang ini smk kls XI TKJ. berkeinginan untuk masuk hs karena merasa terlalu banyak pelajaran dan tugas-tugas sekolahnya. dia ingin fokus pada minatnya di multi media sesuai pilihan pertamanya. dampaknya merasa jenuh dgn lingkgn di sekolahnya dan menghindari beberapa mata pelajaran tertentu.Bagaimana saran bapak? terima kasih

    • bagus tu Pak sudah punya pilihan karir. spt Izza Ahsin Sidqi yg terbelenggu sekolah karena minatnya cuma pd sastra dan menulis, hingga khirnya dia keluar dr sekolahnya jelang ujian SMP kelas 3. Sekarang dia dah jadi penulis muda walo tdk mengantongi ijazah SMP. berkarir sejak dini, why not???

  29. Home schooling sangat membatu buat anak2 yang mempunyai mobilitas tinggi diluar jam sekolah, seperti artis, penyayni dll

  30. wah lumayan lengkap nih paparannya. sy sendiri termasuk yg setuju bahkan sy baru menikmati belajar setelah selesai kuliah dgn metode homeschooling.

  31. Alternatif pendidikan buat anak yang banyak kesibukan di luar sekolah juga bagi anak yang ga bisa mnyesuaikan diri dengan kondisi di sekolahnya,

  32. […] : https://pormadi.wordpress.com/2007/11/12/homeschooling/ Share this:Like this:SukaBe the first to like this. Categories: Pengetahuan Komentar (0) […]

  33. […] siswa dengan kegiatan dan muatan belajar yang terlalu berat, terlalu berorientasi pada nilai rapor dan cenderung mengabaikan pengembangan kepribadian serta potensi individual anak merupakan diantara […]

  34. Untuk saat ini, kalau nggak salah ada lembaga standarisasi HomeScholling ya dari pemerintah? Biar mereka yang lulusan HomeScholing bisa ikut ujan akhir atau meneruskan kuliah

Tinggalkan komentar